Reverse logistics adalah prosedur yang biasa terjadi dalam manajemen logistik rantai pasokan ketika terdapat kerusakan atau cacat pada barang.
Pernahkah Anda membeli gadget secara online, kemudian ketika barangnya datang kondisinya rusak atau terdapat cacat? Jika hal itu terjadi, apa yang akan Anda lakukan? Tentu mengembalikannya, bukan?
Nah, proses pengembalian barang dari konsumen ke distributor atau produsen inilah yang disebut reverse logistics.
Apa Itu Reverse Logistics?
Reverse logistics merupakan salah satu jenis manajemen rantai pasokan yang memindahkan produk dari konsumen ke penjual ataupun produsen. [1] Hal ini bisa terjadi karena barang yang konsumen dapatkan tidak dalam kondisi baik, sehingga konsumen mengembalikannya untuk mendapatkan barang pengganti.
Kemudian, barang yang konsumen kembalikan tadi akan masuk ke dalam fasilitas logistik. Fasilitas logistik adalah gudang penyimpanan khusus untuk kegiatan logistik.
Di sini barang menunggu untuk mendapatkan penanganan selanjutnya seperti perbaikan, penjualan kembali, atau bahkan daur ulang apabila sama sekali tidak bisa digunakan.
“Berbeda dengan logistik pada umumnya yang menyalurkan barang dari hulu ke hilir, alias dari produsen ke konsumen, reverse logistik melakukan sebaliknya. Logistik tipe ini menyalurkan barang dari hilir ke hulu, alias dari konsumen ke produsen atau distributor.”
Cara Kerja Reverse Logistics
Cara kerja dari reverse logistics mencakup beberapa tahap di bawah ini.
1. Pengembalian
Begitu konsumen memberikan tanda ketika mereka akan melakukan pengembalian produk, maka produsen atau distributor akan melakukan pengecekan untuk mengidentifikasi kondisinya, seperti penyebab dan lain-lain. Setelah penyebabnya jelas dan sesuai kriteria pengembalian, maka barang masuk ke siklus reverse logistics.
2. Pengelompokan Produk
Proses reverse logistics selanjutnya, begitu barang sampai pada pusat pengembalian, produsen atau distributor akan melakukan pengelompokan barang menjadi beberapa kategori seperti barang mana yang masih bisa diperbaiki, dijual kembali, atau bahkan didaur ulang.
3. Perbaikan Produk
Setelah barang selesai masuk tahap pengelompokan, berikutnya adalah perbaikan. Tim akan mengirim barang ke divisi yang bertugas untuk memperbaiki barang. Pada proses ini, tim yang melakukan perbaikan akan mencari tahu jenis kerusakan dan menentukan barang mana yang masih bisa dijual, baik secara utuh maupun beberapa part saja.
4. Jual Kembali
Untuk barang yang selesai masuk tahap perbaikan, maka akan masuk ke tahap penjualan kembali bagi barang yang masih layak dan memenuhi kriteria.
5. Daur Ulang
Untuk barang yang tidak memungkinkan lagi masuk dalam tahap penjualan, biasanya akan masuk ke fase daur ulang.
Jenis Reverse Logistics
Ada berbagai jenis reverse logistics, antara lain seperti penjabaran di bawah ini.
1. Perbaikan dan Pengkondisian Ulang
Contoh reverse logistics ini aktivitasnya adalah menangani produk yang kerusakannya tidak terlalu fatal dan masih bisa diperbaiki serta dijual kembali. Di sini, produk akan masuk ke proses perbaikan, pembangunan kembali, dan pengerjaan ulang dengan penggantian suku cadang.
2. Kesalahan Pengiriman
Pengembalian barang pada kasus ini terjadi karena ada kesalahan dalam pengiriman. Tim yang bertugas dalam transportasi biasanya akan mengembalikan barang ke titik awal pengiriman, di situ mereka akan mengidentifikasi penyebab terjadinya kesalahan tersebut dan mengirimkannya ke tujuan yang sesuai.
3. Barang Tidak Terjual
Untuk tipe reverse logistics satu ini aktivitasnya adalah menangani produk yang kembali karena tidak terjual di pasaran. Biasanya, hal ini terjadi akibat buruknya penjualan, inventaris yang usang, serta penolakan pengiriman.
4. Barang Habis Masa Pakainya
Pengembalian jenis ini terjadi karena barang sudah habis masa pakainya sebelum bertemu dengan konsumen, sehingga harus masuk dalam proses reverse logistik. Di dalamnya, produk akan masuk ke tahap daur ulang.
5. Rental dan Leasing
Reverse logistics satu ini terjadi ketika konsumen telah selesai menyewa barang, kemudian perusahaan akan menjualnya kembali ataupun melakukan daur ulang.
Manfaat Reverse Logistics
Berikut manfaatnya.
1. Meningkatkan Nilai Guna Barang
Dengan adanya aktivitas pengembalian ini, barang yang kondisinya tidak baik akan mendapatkan penanganan sehingga nilai gunanya bertambah.
2. Memberikan Layanan yang Lebih Baik
Perusahaan yang menerapkan mekanisme pengembalian barang untuk kondisi tertentu, tentunya menandakan bahwa pelayanannya baik.
3. Meningkatnya Kepuasan Pelanggan
Apabila pelanggan menerima barang yang kondisinya tidak sesuai padahal sudah membayar mahal, tentu akan komplain. Jika ada tindakan pengembalian barang dan penggantian dengan yang baru, tentu pelanggan akan merasa puas karena mendapatkan barang sesuai yang mereka bayarkan.
4. Mengurangi Kerugian
Barang yang masuk ke reverse logistics dan melewati perbaikan sehingga layak jual kembali tentu akan mengurangi kerugian perusahaan, daripada langsung masuk ke pembuangan begitu saja dan tidak menghasilkan apa-apa.
5. Mengurangi Limbah yang Dapat Mencemari Lingkungan
Dalam aktivitas ini terdapat mekanisme daur ulang barang, sehingga meminimalisir pembuangan limbah yang dapat mencemari lingkungan.
Cara Pengoptimalan Reverse Logistics
Untuk bisa mengoptimalkan reverse logistics, maka ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan, antara lain:
1. Melakukan Evaluasi Kebijakan
Perusahaan perlu melakukan evaluasi kebijakan terhadap aturan pengembalian barang. Aturan tersebut tentunya harus secara jelas menerangkan terkait kondisi seperti apa saja yang bisa mendapatkan layanan pengembalian dan penggantian.
2. Kolaborasi dengan Penyuplai
Agar proses reverse logistics berjalan lancar, maka perusahaan perlu menjalin kolaborasi yang baik dengan penyuplai, sehingga apabila ada kendala, langsung mudah untuk terhubung.
3. Melakukan Analisis Terhadap Data Pengembalian
Dengan adanya aktivitas reverse logistics, perusahaan perlu melakukan analisis untuk mencari tahu apa saja penyebab konsumen melakukan pengembalian setelah mereka mendapatkan barang. Dari situ, perusahaan dapat menentukan strategi selanjutnya untuk meminimalisir terjadinya hal serupa.
4. Mengatur Pusat Pengembalian Barang yang Tersentralisasi
Perusahaan dapat membentuk pusat pengembalian barang yang tersentral. Sehingga, proses selanjutnya seperti penyortiran dan identifikasi barang akan lebih mudah untuk tim lakukan.
Pusat pengembalian barang yang terpusat ini menjadi pusat kontrol yang memfasilitasi pengelolaan dan pemantauan seluruh proses retur, memastikan bahwa setiap produk yang dikembalikan dapat teridentifikasi dengan tepat.
Selain memberikan keuntungan logistik, pendekatan ini juga memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan kualitas layanan pelanggan dengan memberikan respons yang lebih cepat dan akurat terhadap setiap retur yang masuk.
5. Melakukan Pemeriksaan Terhadap Logistik dan Transportasi
Anda perlu untuk melakukan optimasi dari sisi transportasi, misalnya dengan pengantaran barang baru dan penjemputan barang yang rusak/cacat dalam satu waktu. Dengan begini, perusahaan bisa menghemat biaya dari sisi transportasi.
6. Melakukan Otomasi Sistem
Peran AI dalam logistik juga besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses reverse logistics. Perusahaan dapat memanfaatkan perangkat lunak berbasis awan ataupun sistem manajemen transportasi.
Simpulan
Reverse logistics adalah aktivitas untuk mengalirkan barang dari konsumen ke distributor atau produsen yang bertujuan untuk menambah nilai guna dari suatu barang sehingga bisa dijual lagi atau masuk daur ulang. Dengan begitu, kerugian perusahaan atas barang yang rusak/cacat bisa diminimalisir.
Untuk mendukung kelancaran reverse logistics ataupun logistik tradisional, Anda dapat memanfaatkan teknologi GPS Tracker dari GPSKU. Keunggulan alat ini seperti pemilihan rute terbaik, pelacakan kendaraan, dan sebagainya. Anda bisa memesan alat ini dengan mudah. Klik di sini sekarang juga!